Senin, 30 Oktober 2017

Ekonomi di Indonesia (Bab 6)

BAB VI

1.      Variabel Kinerja Koperasi dan Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi
Variabel Kinerja
Secara  umum,   variable  kinerja  koperasi   yang   diukur  untuk  melihat  perkembangan  ataupertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri  dari  kelembagaan (jumlah  koperasi perprovinsi, jumlah  koperasi per jenis / kelompok  koperasi, jumlah  koperasi  aktif  dan  nonaktif),keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable tersebutpada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat untuk dipakai melihat  peranan ataupangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Demikian pula dampak darikoperasi (cooperative effect) terhadap peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belumtercermin dari variabel-variabel yang disajikan.

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Kerja
Kinerja  tidak  terjadi  dengan  sendirinya.   Dengan  kata   lain,   terdapat  beberapa  faktor   yangmempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong (1998 : 16-17) adalah sebagai berikut:
·         Faktor  individu (personal factors). Faktor  individu  berkaitan  dengan  keahlian, motivasi, komitmen, dll.
·         Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan kualitasdukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua kelompok kerja.
·         Faktor  kelompok atau rekan  kerja (team factors). Faktor kelompok atau rekan  kerja  berkaitandengan kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
·         Faktor sistem (system factors). Faktor system berkaitan dengan system atau metode kerja yangada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
·         Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan danperubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.

Dari   uraian   yang   disampaikan  oleh   Armstrong,   terdapat  beberapa  faktor   yang   dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal. Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup penting dalam penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dalam diri pegawai akan menentukan kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan kerja pegawai, dimana mampu tidaknya karyawan dalam melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki karyawan semakin menentukan kinerja yang dihasilkan.

Pengertian Pengukuran Kerja
Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk dicapaioleh   program, investasi,  dan  akusisi   yang   dilakukan.   Proses   pengukuran  kinerja  seringkalimembutuhkan  penggunaan  bukti statistik untuk  menentukan  tingkat  kemajuansuatu organisasi dalam  meraih  tujuannya. Tujuan  mendasar di balik  dilakukannya  pengukuranadalah untuk meningkatkan kinerja secara umum.
Pengukuran Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan didasarkanpada  kelompok  indicator  kinerja  kegiatan yang berupa  indikator-indikator  masukan, keluaran, hasil,   manfaat,  dan  dampak.  Pengukuran  kinerja  digunakan  sebagai  dasar  untuk  menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telahditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.
Pengukuran  kinerja  merupakan  suatu  alat  manajemen  yang  digunakan  untuk  meningkatkankualitas  pengambilan  keputusan  dan  akuntabilitas. Pengukuran  kinerja  juga  digunakan  untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (James Whittaker, 1993). Sedangkan menurut Junaedi (2002 : 380-381) “Pengukuran kinerja merupakan proses mencatatdan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang ditampilkan  berupa  produk, jasa, ataupun proses”. Artinya, setiap  kegiatan  perusahaan harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah perusahaan di masayang akan datang yang dinyatakan dalam misi dan visi perusahaan.
Dari definisi  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  system  pengukuran  kinerja  adalah  suatu  sistemyang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai pencapaian suatu strategi melaluialat ukur keuangan dan non keuangan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagaiumpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dantitik  dimana  perusahaan  memerlukan  penyesuaian-penyesuaian  atas  aktivitas  perencanaan dan pengendalian.

Prinsip Pengukuran Kinerja Koperasi
Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:
·         Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
·         Pekerjaan   yang   tidak  diukur  atau  dinilai  tidak  dapat  dikelola  karena  darinya  tidakada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
·         Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
·         Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
·         Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih sekedar mengetahui tingkat usaha.
·         Mendefinisikan  kinerja  dalam  artian  hasil  kerja  semacam  apa yang diinginkan  adalah cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja operasional.
·         Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
·         Pelaporan yang kerap  memungkinkan  adanya  tindakan  korektif yang segera dan  tepat waktu.
·         Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan  untuk manajemen kendali yang efektif.

2.      Kelembagaan, Keanggotaan, Volume Usaha, Permodalan, Aset dan Sisa Hasil Usaha.
Tujuan dan fungsi koperasi :
Sebelum membahas tujuan dan fungsi sebuah lembaga koperasi, secara garis besarnya lembaga koperasi merupakan sebuah lembaga keuangan yang berazaskan kekeluargaan bergotong-royong. Dan tujuannya pun tak lain untuk meningkatkan taraf ekonomi anggotanya dan masyarakat sekitar.

Ada 3 hal penting tujuan sebuah lembaga didirikan :
·         Memaksimumkan Keuntungan, sebuah lembaga harus mampu memaksimalkan keuntungan yang didapat untuk meningkatkan kualitasnya, anggota maupun sekitarnya.
·         Memaksimumkan Nilai Perusahaan, setelah sebuah lembaga mendapatkan keuntungan maksimal, lembaga itupun harus melaksanakan nilai 2 yang diemban sejak didirikan.
·         Meminimumkan Biaya, untuk melaksanakan ke2 poin tersebut sebuah lembaga harusmampu memanfaatkan resource yang ada ataupun yang terbatas untuk mengefisiensikan pelaksanaannya.
Keanggotaan Koperasi
Anggota koperasi merupakan pemilik dan juga pengguna jasa koperasi. Dalam koperasi adapula anggota luar biasa. Dikatakan luar biasa bila persyaratan untuk menjadi anggota tidak sepenuhnya dapat dipenuhi seperti yang ditentukan dalam anggaran dasar.
1)      Syarat Keanggotaan Koperasi:
·         Setiap warga negara Indonesia (WNI) yang mampu melakukan tindakan hukum atau badan hukum koperasi yang memenuhi persyaratan.
·         Menerima landasan dan asas koperasi.
·         Bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak-haknya sebagai anggota.

2)      Sifat Keanggotaan Koperasi berikut ini Sifat Keanggotaan Koperasi.
·         Terbuka dan sukarela.
·         Dapat   diperoleh   dan   diakhiri   setelah   syarat-syarat   dalam   anggaran   dasar terpenuhi.
·         Tidak dapat dipindahtangankan.

3)      Berakhirnya Keanggotaan Koperasi Keanggotaan koperasi dinyatakan berakhir apabila seperti berikut ini :
·         Meninggal dunia.
·         Meminta berhenti atas kehendak sendiri.
·         Diberhentikan pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan.

4)      Berakhirnya Keanggotaan Koperasi Keanggotaan koperasi dinyatakan berakhir apabila seperti berikut ini :
·         Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah disepakati rapat anggota.
·         Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.
·         Mengembangkan   dan   memelihara   kebersamaan   berdasarkan   atas   asas kekeluargaan

5)      Hak Anggota Koperasi Menurut Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992 Selain mempunyai kewajiban, anggota juga mempunyai hak seperti berikut ini :
·         Menghadiri   dan   menyatakan   pendapat   serta   memberikan   suara   dalam   rapat anggota.
·         Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas.
·         Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
·         Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta maupun tidak diminta.
·         Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antar anggota.
·         Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

PERMINTAAN MENJADI ANGGOTA KOPERASI
Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi perlu mempelajari lebih dahulu maksud dan tujuan koperasi tersebut, terutama mengenai syarat-syarat keanggotaan dan hak serta kewajibannya sebagai anggota.
·         Jika   persyaratan   sudah   diterima,   selanjutnya   calon   mengisi   formulir   pendaftaran dikoperasi tersebut.
·         Jika   pengurus   menyetujui   perminyaan   calon   anggota,   maka   selanjutnya   harus diberitahukan kepada yang bersangkutan mulai saat tersebut dapat diterima menjadi anggota koperasi.
·         Bila  permohonan   seseorang   menjadi  anggota   koperasi   ditolak,  maka   pencalonannya sebagai anggota dapat diajukan kembali dalam RA yang akan datang, dan keputusannya akan mengikat pengurus untuk memenuhinya.

Bukti Keanggotaan Koperasi
Buku daftar anggota merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UU Koperasi, karena buku daftar anggota memuat tentang nama lengkap, umur, mata pencaharian, tempat tinggal, tanggal   masuk   menjadi   anggota,   cap   ibu   jari   kiri   atau   tanda   tangan   anggota, sebab diberhentikannya seorang anggota, tanda tangan ketua dan tanggal dibubuhinya tanda tangan tersebut.

Permodalan Koperasi
a.       Modal Koperasi
Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk mengakumulasikan potensi keuangan para pendiri dan anggotanya yang meskipun pada awalnya berjumlah kecil tetapi tetap ada.
b.      Modal Sendiri
·         Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat ditarik kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih tercatat menjadi anggota koperasi.
·         Simpanan Wajib
Konsekwensi dari simpanan ini adalah harus dilakukan oleh semua anggota koperasi yang dapat disesuaikan besar kecilnya dengan tujuan usaha koperasi dan kebutuhan dana yang hendak dikumpulkan, arena   itu akumulasi simpanan wajib  para anggota harus  diarahkan mencapai jumlah tertentu agar dapat menunjang kebutuhan dana yang akan digunakan menjalankan usaha koperasi.


·         Dana Cadangan
Dana  cadangan  ialah   sejumlah   uang   yang   diperoleh  dari  sebagian   hasil   usaha   yang   tidak dibagikan   kepad   anggoya;   tujuannya   adalah   untuk   memupuk   modal   sendiri   yang   dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau menutup kerugian dalam usaha.
·         Hibah
Hibah   adalah   bantuan,   sumbangan   atau   pemberian   cuma-cuma   yang   tida   mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun sepanjang memiliki pengertian seperti itu; untuk menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan pemberi hibah sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

c.       Modal Pinjaman
·         Pinjaman dari Anggota
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota. sebaliknya dalam pinjaman, koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.
·         Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit; tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.
·         Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya merupakan komitmen pemerintaan dari negara-negara yang bersangkutan untuk mengangkat  kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
·         Obligasi dan Surat Utang
Untuk   menambah   modal   koperasi   juga   dapat   menjual   obligasi   atau   surat   utang   kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
·         Sumber Keuangan Lain
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.

Aset dalam Koperasi
Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan operasionalusaha. Aset merupakan sumber daya yang dikuasai koperasi sebagai akibat dari peristiwa masalalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh koperasi. Aset yang diperoleh dari sumbangan, yang tidak terikat penggunaannya, diakui sebagai aset tetap.
Komponen Aset
1.      Aset   lancar
Yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun. Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
·         Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalamjangka waktu siklus operasi normal entitas.
·         Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan).
·         Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan.
Aset lancar meliputi komponen perkiraan :
·         Kas adalah nilai mata uang kertas dan logam, baik dalam rupiah maupun mata uang asing sebagai alat pembayaran sah.
·         Bank adalah simpanan koperasi pada bank tertentu yang likuid, seperti: tabungan, giro dan deposito serta simpanan lainnya.
·         Surat   berharga   adalah   investasi   dalam   berbagai   bentuk   surat   berharga,   yang   dapat dicairkan dan diperjualbelikan dalam bentuk tunai setiap saat;
·         Piutang Usaha adalah tagihan koperasi sebagai akibat penyerahan barang/jasa kepada pihak lain yang tidak dibayar secara tunai.
·         Piutang Pinjaman Anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada anggota.
·         Piutang   Pinjaman   Non   anggota   adalah   tagihan   koperasi   sebagai   akibat   transaksi pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada non anggota.
·         Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah penyisihan nilai tertentu, sebagai "pengurang nilai nominal" piutang pinjaman atas terjadinya kemungkinan risiko piutang tak tertagih, yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian akibat pemberian   piutang pinjaman.
·         Persediaan adalah nilai kekayaan koperasi yang diinvestasikan dalam bentuk persediaan, baik persediaan dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi, maupun barang jadi untuk diperdagangkan dalam   rangka   memberikan   pelayanan   kepada   anggota dan penyelenggaraan transaksi dengan non anggota.
·         Biaya dibayar di muka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada pihak lain untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu.
·         Pendapatan Yang Masih Harus Diterima adalah berbagai jenis pendapatan koperasi yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan tetapi belum dapat diterima oleh koperasi.
·         Aset Lancar Lain-lain

2.      Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset, masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dimiliki serta digunakan dalam kegiatan operasional dengan kompensasi penggunaan berupa biaya depresiasi (penyusutan).
Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan :
·         Investasi Jangka Panjang, adalah aset atau kekayaan yang diinvestasikan pada koperasi sekunder, koperasi lain atau perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu tahun tidak dapat dicairkan, berupa simpanan atau penyertaan modal.
·         Properti Investasi, adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik/koperasi atau lessee melalui sewa pembiayaan) dan dapat menghasilkan sewa atau kenaikan nilai atau kedua-duanya. Properti investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau penyediaan barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
·         Akumulasi Penyusutan Properti Investasi, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu properti investasi, sebagai akibat penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.
·         Aset Tetap, adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan produksi, atau penyediaan barang/jasa untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan digunakan lebih dari satu periode. Aset tetap mencakup perkiraan: Tanah/Hak Atas Tanah, Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan Peralatan Kantor.
·         Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset tetap yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasipenyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai dengan umur manfaatnya.

Sisa Hasil Usaha
SHU Koperasi adalah sebagai selisih  dari  seluruh  pemasukan  atau  penerimaan   total (totalrevenue) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dengan lambang (TC) dalam satu tahun waktu.
·         SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usahayang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusanRapat Anggota.
·         Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota. Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkanoleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi.
·         Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnyapartisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
·         Semakin besar transaksi(usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakinbesar SHU yang akan diterima.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila beberapa informasidasar diketahui sebagai berikut:
·         SHU total kopersi pada satu tahun buku.
·         Bagian (persentase) SHU anggota.
·         Total simpanan seluruh anggota4. total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota.
·         Jumlah simpanan per anggota.
·         Omzet atau volume usaha per anggota.
·         Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota.
·         Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.
Rumus Pembagian SHU
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 Pasal 5 ayat1:
·         Mengatakan   bahwa   “pembagian   SHU   kepada   anggota   dilakukan   tidak   semata-mataberdasarkan modal  yang  dimiliki seseorang  dalam koperasi,  tetapi  juga berdasarkanperimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudankekeluargaan dan keadilan”.
·         Didalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan koperasi   40%,   jasa   anggota   40%,   dana   pengurus   5%,   dana   karyawan 5%, dana pendidikan 5%, danasosial 5%, dana pembangunan lingkungan 5%.
·         Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.


3.      Efisiensi Koperasi
Pada dasarnya koperasi sebagai perusahaan tidak berbeda dengan bentuk badan usaha lainnya, artinya tidak boleh dikatakan koperasi boleh bekerja secara tidak efisien untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kumpulan orang. Pada koperasi, tingkat efisiensi juga harus dilihat secara berimbang dengan tingkat efektifitasnya. sebab biaya pelayanan yang tinggi bagi anggota diimbangi dengan keuntungan untuk memperoleh pelayanan setempat yang lebih baik, misalnya biava pelayanan dari pintu ke pintu yang diberikan oleh koperasi kepada anggotanya.
Kunci utama efisiensi koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi yang dapat menekan biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh pelayanan yang baik dapat dikatakan usahanya tidak efisian di samping tidak memiliki tingkat efektifitas yang tinggi, sebab dampak kooperatifnya tidak dirasakan anggota.
Pembahasan mengenai efisiensi, Thoby Mutis (1992) menunjukkan 5 lingkup efisiensi koperasi, yaitu efisiensi intern, efisiensi alokatif efislensi ekstern, efisiensi dinamis dan efisiensi. Pengertian efisiensi tersebut adalah:
·         Efislensi intern masyarakat merupakan perbandingan terbaik dari ekses biaya dengan biayayang sebenarnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan perbandingan nilai bersih pemasukandan nilai bersih pengeluaran.
·         Efisiensi alokatif adalah efisiensi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana dari semua komponen koperasi tersebut. Misalnya, penyaluran tabungan anggota untuk pinjaman anggota, penyaluran simpanan sukarela untuk investasi jangka panjang dan pendek. Hal ini biasanya dilihat pada perbandingan pertumbuhan simpanan sukarela dan modal sendiri dengan  pertumbuhan  pinjaman, silang pinjam atau investasi tahunan. Sebagai dasar tingkat pengukuran efisiensi digunakan laporan keuangan koperasi sampel (neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahaan modal) di samping tentu saja data-data lain yang  diperlukan seperti yang tercantum dalam   laporan pertanggung jawaban pengurus.
·         Efisiensi ekstern menunjukkan bagaimana efisiensi pada lembaga-lembaga dan perseorangandi luar koperasi yang ikut memacu secara tidak langsung efisiensi di dalam koperasi.
·         Efisiensi dinamis adalah efisiensi yang biasa dikaitkan dengan tingkat optiniasi karena adanya perubahan teknologi yang dipakai. Setiap perubahan teknologi akan membawa dampak terhadap output yang dihasilkan. Tentu saja teknologi baru akan dipaka  jika menghasilkan produktivitas yang lebih baik dari semula.
·         Efisiensi sosial sering dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya dan dana secara tepat, karena tidak menimbulkan biaya atau beban.


4.      Klasifikasi Jenis Koperasi
Klasifikasi jenis koperasi dapat dibedakan berdasarkan berbagai hal:
a.       Pertama, penggolongan koperasi berdasarkan pada ketentuan pemerintah yang diberlakukan pada koperasi. Pada penggolongan ini koperasi dibedakan sebagai berikut:
·         Koperasi Unit Desa (KUD).
·         Koperasi ini diarahkan khusus untuk masyarakat pedesaan.
·         Koperasi Umum.
·         Koperasi umum dapat didirikan oleh siapa saja dan dimana saja.

b.      Kedua, berdasarkan banyaknya jenis usaha:
·         Koperasi Single Purpose.
Koperasi yang hanya mempunyai satu jenis usaha.
·         Koperasi Multi Purpose.
Koperasi yang mempunyai lebih dari satu macam jenis usaha yang dikelola secara bersamaan.

c.       Ketiga, koperasi dibedakan menurut jenis lapangan usaha, yaitu sebagai berikut:
·         Koperasi Kredit Atau Koperasi Simpan Pinjam.
Koperasi yang mengelola usaha simpan pinjam seperti halnya bank.
·         Koperasi Produksi.
Koperasi yang mengelola usaha produksi barang tertentu. Contoh: koperasi pengrajin batik, koperasi susu, dan koperasi pengusaha tahu Indonesia.
·         Koperasi Konsumsi.
Koperasi yang mengelola usaha penjualan barang-barang konsumsi. Wujud usaha koperasi ini biasanya berbentuk toko.
·         Koperasi Jasa.
Koperasi yang mengelola usaha layanan jasa.
d.      Keempat, didasarkan pada jenis anggota:
·         Koperasi Primer.
Koperasi yang anggotanya orang-perorang, jumlah minimal anggota koperasi ini dua puluh orang.
·         Koperasi Sekunder.
Koperasi yang anggotanya badan hukum koperasi.

e.       Kelima, koperasi didasarkan pada status anggota, yaitu sebagai berikut :
·         Koperasi pegawai negeri.
·         Koperasi petani.
·         Koperasi pedagang.
·         Koperasi nelayan.
·         Koperasi siswa dan koperasi mahasiswa.
Penilaian kinerja Koperasi yang merupakan salah satu program prioritas Kementerian Koperasi dan UKM Tahun 2005-2009  terkait dengan  upaya pemberdayaan koperasi adalah Pengembangan Kelembagaan dalam rangka mewujudkan 70.000 unit koperasi berkualitas. Sampai dengan awal April 2007 pelaksanaan penilaian kinerja koperasi adalah melalui Klasifikasi Koperasi, mengacu pada Permen KUKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002 tanggal 29 November 2002).
Mulai April 2009 sampai saat ini pelaksanaan penilaian kinerja koperasi  dilakukan melalui Pemeringkatan Koperasi, mengacu pada Permen KUKM No.22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007, dan Permenn Nomor 6/Per/M.KUKM/III/2008   tanggal   12   Maret   2008   tentang   Perubahan   atas   Permen   No.22/KEP/M.KUKM/IV/2007 tanggal 16 April 2007 tentang Pemeringkatan Koperasi. Memasuki tahun anggaran 2010 s/d 2014, Program Pemeringkatan Koperasi masih terus dilakukan baik melalui anggaran APBN maupun APBD Provinsi/Kabupaten/Kota.
Tujuan klasifikasi koperasi
·         Mengetahui kinerja koperasi dalam satu periode tertentu.
·         Menetapkan peringkat kualifikasi koperasi.
·         Mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah bisinis yang sehat.
Dengan  kata   lain,   melalui  upaya   klasifikasi   ini  diharapkan   secara   internal  koperasi mampu mempertegas jatidirinya sebagai sokoguru perekonomian   rakyat   sebagaimana diamanatkan oleh International Cooperative Alliance  (ICA) dan Undang-Undang Nomor 25Tahun 2002, namun juga secara eksternal mampu tetap menunjukkan kinerjanya sebagai pelakubisnis yang  kompetitif. Secara internal  sudah  jelas  arti dan  fungsi Koperasi  namun secaraeksternal inilah yang menimbulkan terjadinya sedikit pergeseran sistem, dimana dinamisasi kondisi   perekonomian   terkadang   berbanding   terbalik   ataupun   berbanding   lurus   dengan kebijakan-kebijakan   yang   diambil   pemerintah   untuk   mencari   jalan   keluar   dari   sebuah permasalahan ekonomi.
Untuk itu, diperlukan penyesuaian/penyempurnaan terhadap sistem dan instrumen klasifikasi yang selama ini telah digunakan agar mampu mengakomodasikan berbagai kepentingan, khususnya kepentingan setiap koperasi yang bersangkutan dalam mengakses sumber pembiayaan dan sebagai alat pembinaan. Sistem pemeringkatan yang akan dihasilkan ini diharapkan mampu memetakan kinerja koperasi dan menjadi prasyarat untuk mengakses sumber daya produktif serta dapat dimanfaatkan sebagai strategi pengelolaan.
Pedoman klasifikasi koperasi tersebut disempurnakan menjadi sistem pemeringkatan koperasi yang dilandasi dasar hukum dari Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor22/PER/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 06/PER/M.KUKM/III/2008 tentang Perubahan   atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 22/PER/M.KUKM/IV/2007   tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi.

referensi :
https://documents.tips/documents/kinerja-koperasi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar