BAB 10
10.1 Manajemen Strategi Pelayanan Kepada Anggota Koperasi
Menurut
G. Terry, Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan penggunaan suatu ilmu dan seni
secara bersam-sama menyeesaikan tugas untuk mencapai tujuan. Strategic adalah
rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditunjukan untuk
mencapai tujan suatu organisasi.
Menurut Ketchen, Manajemen strategi
koperasi adalah suatu ilmu perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan
pengawasan terhadap alokasi sumber daya untuk menerapkan suatu kebijakan dalam
koperasi tersebut agar tercapainya suatu tujuan yang sudah direncanakan.
Mengacu pada pendapat Peter Davis,
ada beberapa hal penting dalam manajemen strategi koperasi diantaranya:
1. Strategi
harus berjalan pada tingkat fungsional operasional, maupun tingkat koperasi
sebagai badan usaha.
2. Tidak
akan pernah ada program manajemen strategis koperasi yang efektif tanpa
manajemen sumber daya manusia.
3. Koperasi
perlu melakukan merjer dan bukan bersaing di dalam pasar global, tetapi harus
mampu bersaing dengan perusahaan transnational di dalam pasar nasional.
4. Identitas
dan tujuan koperasi member koperasi arah strategis dan legitimasi serta
diferensiasi di dalam pasar yaitu nilai-nilai koperasi yang besar.
5. Koperasi
dapat mengembangkan suatu global brand, berdasarkan identitas, nilai-nilai dan
tujuan koperasi.
6. Koperasi
harus belajar untuk bekerjasama pada tingkat global, pada wilayah pemasaran
public image dan kesarana masyarakat terhadap gerakan koperasi serta
mengembangkan top quality management.
Tujuan
dari manajemen strategis adalah agar suatu koperasi mampu menjaga kesesuaian
antara identitasnya dan tujuannya serta lingkungannya. Koperasi harus
mengembangkan strategi untuk menjaga dan mengembangkan pangsa pasarnya dan
mengembangkan kemampuan memasok sesuai dengan kebeutuhan anggota dan
pelanggannya secara menyeluruh. Strategi pada akhirnya berarti pencapaian
keuntungan kompetitif di pasar.
10.2 Kualitas Pelayanan kepada Anggota Koperasi
a. Keanggotaan
koperasi
Menurut
UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pengertian Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi adalah suatu
perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara
kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan para
anggotanya (Arifinal Chaniago, 1984: 1). Pendapat senada dengan pendapat Ropke,
jochen (1985) yakni koperasi merupakan organisasi yang anggotanya sebagai
pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.
b. Kualitas
Pelayanan
Pelayanan
pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan dalam proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktifitas orang lain, oleh karena itu pelayanan merupakan proses.
Sebagai prose, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan (Moenir,
1995: 27). Sagimun dalam Purwanti (1999: 5) pelayanan adalah pemenuhan
kebutuhan anggotanya baik pemenuhan material maupun spiritual. Kotler (1998:
83) merumuskan pelayanan sebagai tindakan atau unjuk kerja yang ditawarkan oleh
satu pihak ke pihak yang lain secara prinsip intangible dan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan apapun. Menurut Olsen dan Wyekoff dalam Yamit (2001:
22) kualitas pelayanan merupakan suatu perbandingan antara harapan pemakai jasa
dengan kinerja kualitas jasa pelayanan. Dengan kata lain ada dua factor utama
yang mempengaruhi kualitas pelayanan yaitu harapan dan kinerja yang dirasakan
karyawannya.
Syafrizal dalam jurnal Kualitas
Pelayanan dalam Kepuasan Pelanggan (2008), kualitas pelayanan merupakan
penyampaian secara excellent atau superior pelayanan yang ditujukan untuk
memuaskan pelanggan sesuai dengan persepsi dan harapannya. Kepuasan pelanggan
akan tercapai bila kualitas pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan sama dengan
jasa yang diharapkan, dalam arti kesenjangan yang terjadi adalah kecil atau
masih dalam batas toleransi.
c. Dimensi
Kualitas Pelayanan
Menurut
Parasuraman (1998: 77), bahwa terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yaitu
sebagai berikut:
Ø Tangibles,
atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu organisasi dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik organisasi dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata
dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang meliputi fasilitas fisik
(gedung), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (tekhnologi), serta
penampilan pegawainya.
Ø Reliability,
atau keandalan yaitu kemampuan organisasi (perusahaan) untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus
disesuaikan dengan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama
untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpatik.
Ø Responsiveness,
atau tanggapan yaitu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang
cepat dan tepat kepada pelanggan, penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan
konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi
yang negative dalam kualitas pelayanan.
Ø Assurance,
atau jaminan dan kepastian yaitu, pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan
pegawai untuk menumnbuhkan rasa percaya para pelanggan perusahaan (organisasi).
Dimana jaminan ini terdiri dari beberapa komponen antara lain: komunikasi,
keamanan kompetensi, dan sopan santun.
Ø Empaty,
yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau bersifat
pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan
konsumen. Dimana suatu perusahaan (organisasi) diharapkan memiliki pengertian
dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan secara spesifik, serta
memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. Menurut Moenir (1995:
40), banyak kemungkinan tidak adanya layanan yang memadai antara lain:
§ Tidak/kurang
adanya kesadaran terhadap tugas atau kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya.
Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya.
§ Sistem,
prosedur dan metode kerja yang ada tidak memadai sehingga mekanisme kerja tidak
berjalan sebagaimana yang diharapkan dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
§ Pengorganisasian
tugas pelayanan yang belum serasi, sehingga terjadi simpang siur penanganan
tugas, tumpang tindih atau tercecernya suatu tugas tudak ada yang menangani.
§ Pendapatan
pegawai tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Akibatnya pegawai tidak tenang
dalam bekerja, berusaha mencari tambahan pendapatan dalam jam kerja.
§ Kemmapuan
pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan kepadanya. Akibatnya
hasil pekerjaan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.
§ Tidak
tersedianya sarana pelayanan yang memadai, yang mengakibatkan pekerjaan menjadi
lamban, waktu banyak yang hutang dan penyelesaian masalah terlambat.
Dimensi-dimensi kualitas pelayanan yang telah dikemukakan diatas, harus
dilaksanakan dengan baik. Apabila tidak hal tersebut menimbulkan kesenjangan
antara organisasi (perusahaan) dan pelanggan karena perbedaan persepsi mereka
tentang wujud pelayanan. Menurut Rambat Lupiyoadi (2001: 150).
10.3 Pelaksanaan Strategi
Salah
satu konsep yang dimiliki kaitan erat dan berdampak langsung terhadap
keberhasilan pendekatan kualitas pelayanan adalah system computer. Dalam usaha
meningkatkan pelayanan, tiap organisasi haruslah memperhatikan dan mendengarkan
pendapat yang dikeluarkan oleh pelanggan mengenai jasanya (Berry dan
Parasuraman, 1997: 79). Dalam mengembangkan kualitas pelayanan yang efektif
melalui system informasi, ada lima petunjuk yang perlu dilakukan (Berry dan
Parasuraman, 1997: 80) :
a) Mengukur
besarnya harapan pelanggan atas pelayanan. Perusahaan atau suatu organisasi
harus dapat mengukur besarnya harapan yang muncul atas pelayanan yang diberikan
kepada pelanggan.
b) Menentukan
di mana titik berat kualitas informasi. Perusahaan atau organisasi harus mampu
menetapkan titik berat kualitas informasi yang ingin dicapai. Penitikberatan
kualitas informasi pada proses keputusan pihak manajemen yang berkaitan dengan
peningkatan pelayanan yang diharapkan.
c) Mengetahui
saran pelanggan. Perusahaan atau organisasi dituntut untuk dapat mendengarkan
dan memahami saran pelanggan mengenai produk atau jasanya.
d) Menghubungkan
kinerja pelayanan dan output yang dihasilkan oleh perusahaan. Organisasi
diharapkan mampu mengkaitkan kinerja pelayanan dengan tujuan organisasi. Dapat
disimpulkan bahwa koperasi harus mampu memberi alternatif rasional bagi
pelanggannya (anggota) melalui berbagai kebijakan insentif usaha maupun
perbaikan dalam teknis pelayanan pelanggan.
Sehingga
indikator yang digunakan pada variabel kualitas pelayanan ini adalah:
·
Ketepatan waktu dalam memberikan
pelayanan.
·
Kesesuaian dalam hasil pelayanan yang
diberikan.
·
Pemberian fasilitas-fasilitas yang dapat
menunjang
10.4 Evaluasi dan Kontrol
Ada
beberapa karakter yang membuat evaluasi strategi kita menjadi efektif. pada
bagian ini kita akan membahas tiga karakter utama agar aktivitas evaluasi tidak
berlangsung dengan sia-sia, yaitu:
·
Ekonomikal. Aspek yang kita perlukan
dalam evaluasi ini adalah informasi atas kinerja yang indikatornya sudah
diterapkan terlebih dahulu. Ketika informasi yang didapat lengkap maka akan
semakin baik.
·
Aspek yang bermakna. Tindakan evaluasi
yang akan kita lakukan harus sesuai dengan tujuan yang telah kita tetapkan.
Karena itulah yang merupakan penentuan prioritas, kriteria kerja dalam
penilaian, pembobotan yang akurat menjadi penting dalam evaluasi kerja.
·
Tepat waktu. Evaluasi yang dilakukan
dilakukan tepat pada waktunya, karena itu perusahaan dalam situasi persaingan
bisnis sekarang harus memanfaatkan dukungan teknologi informasi. Berbagai
persoalan terkait degan kemutakhiran informasi untuk pengawasan kini bisa
dipecahkan dengan dukungan teknologi.
Untuk
menggambarkan karakter ini kita bisa mencontohkan lewat perusahaan perkebunan,
misalnya, yang memiliki kebun di remote area, di kawasan jauh dari dari
perkotaan memiliki perangkat teknologi untuk memantau perkembangan pengelolaan
kebun. Mereka memiliki foto dari satelit untuk informasi rinci seperti beberapa
tanaman yang ada di sejumlah luas lahan tertentu. Dari informasi yang di input
setiap hari, manajemen di kota-kota besar seperti Jakarta dapat mengetahui
perkembangan taman-taman dalam waktu yang cepat sekali.
Contoh lain bisa juga seperti BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), dimana BMKG memiliki perangkat teknologi untuk memantau dan meramal segala aktivitas mulai cuaca, iklim, hingga seluruh perkembangan sifat alami bumi dan gejalanya. Karena BMKG memiliki foto dari satelit untuk informasi rinci mengenai segala aktivitas di bumi Indonesia dan sekitarnya serta memiliki rekaman satelit pada masing-masing wilayah Indonesia.
Contoh lain bisa juga seperti BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), dimana BMKG memiliki perangkat teknologi untuk memantau dan meramal segala aktivitas mulai cuaca, iklim, hingga seluruh perkembangan sifat alami bumi dan gejalanya. Karena BMKG memiliki foto dari satelit untuk informasi rinci mengenai segala aktivitas di bumi Indonesia dan sekitarnya serta memiliki rekaman satelit pada masing-masing wilayah Indonesia.
Sumber : Kartasapoetra, dkk. 2001. Koperasi Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar