BAB 12
12.1 Mengubah
Tantangan yang di hadapi Koperasi menjadi Peluang
Tantangan koperasi dalam menghadapi globalisasi antara
lain : 1) Keterbatasan informasi pasar dan teknologi ; 2) kendala dalam akses
permodalan ; 3) kapasitas SDM yang relatif rendah disebabkan faktor budaya yang
membatasi ruang geraknya dalam berorganisasi ; dan 4) belum dikenalnya
keberadaan koperasi dikalangan masyarakat. Solusi menggerakan denyut nadi
koperasi menghadapi globalisasi adalah melalui pemberdayaan masyarakat sendiri
secara profesional, otonom, dan mandiri dalam arti berkemampuan mengelola usaha
sebagaimana layaknya badan usaha lain, koperasi juga harus mampu mengoptimalkan
potensi ekonominya serta memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan seluruh
perilaku ekonomi. Dengan semakin besarnya peluang masyarakat dan meningkatnya
jumlah kelompok masyarakat yang memiliki usaha produktif, perlu dipertimbangkan
untuk menumbuhkan koperasi-koperasi baru yang otonom, dan mandiri. Untuk itu
perlu : 1) dimotivasi melalui pendidikan ; 2) sosialisasi dalam rangka
pengembangan sosial kapital kelompok masyarakat ; 3) membangun sistem
pemberdayaan ekonomi kaum masyarakat ; 4) memacu pengembangan usaha produktif ;
5) menumbuhkan jiwa kewirakoperasian serta 6) mempermudah mekanisme pendirian
koperasi.
Gema
globalisasi perekonomian dunia yang ditandai dengan dunia tanpa batas
(borderlerss World) dan terbukanya pasar bebas membuka peluang bisnis bagi
sebgaian kalangan, tetapi juga menumbuhkan kesulitan dari kalangan lainnya.
Para penganut ekonomi pasar bebas sangat yakin dan berargumentasi bahwa konsep
persaingan terbuka ini akan memberikan dampak positif bagi semua lapisan
mayarakat semua tempat, berupa pendistribusian hasil-hasil pembangunan ekonomi
yang proposional. Argumentasi ini mendapat penolakan dari ekonomi lainnya yang
secara nyata telah melihat dampak negatif dari konsep tersebut, karena
produksi, teknologi dan kualitas sumberdaya manusia. Terlepas dari perdebatan
kedua kubu yang pro dan yang kontra terhadap globalisasi, perlu dipertanyakan
apakah pelaku ekonomi Indonesia telah siap menghadapi kondisi persaingan yang
semakin ketat, sedangkan diketahui sampai sekarang ini kondisi perekonomian
nasional masih diwarnai oleh ketimpangan dalam penguasaan aset-aset
produktif,serta kemiskinan pengangguran yang besar. Dalam menghadapi
globalisasi sebanyak 189 negara yang tergabung dalam Dewan Milenium, pada
September 2000 markas PBB telah menyepakati suatu kerangka pembangunan untuk
perbaikan dan pencapaian kehidupan masyarakat dunia yang layak. Kerangka
tersebut dituangkan dalam tujuan pembangunan milenium ( Milenium Development
Goals, MDGs). Isi dari MDGs identik dengan Pembukaan UUD 1945 alinea ke-empat.
Tiga dari delapan tujuan pembangunan milenium yang dideklarasikan adalah
mengentaskan kemiskinan dan kelaparan, mempromosikan kesetaraan gender, dan
pemberdayaan perempuan serta menjamin keberlangsungan lingkungan hidup.
Dalam konsep MDGs Indonesia termasuk dalam kategori
miskin.
12.2 Strategi Pemasaran dan Strategi di berbagai
tingkat
Strategi pemasaran (marketing strategy) adalah prinsip
yang menyeluruh di mana manajemen pemasaran mengharapkan untuk mencapai
tujuan-tujuan pemasaran mengharapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran dan
bisnis dalam pemasaran.
Pada
hakekatnya, strategi tiada lain adalah cara bagaimana menempatkan posisi
koprasi atau organisasi swadaya pada situasi lingkungan persaingan yang
dianggap paling menguntungkan bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya,
terutama para anggota (pemilik-pemakai); menentukan waktu yang tepat untuk
bertindak atau menearik diri dan selalu mengkaji batasan-batasan toleransi yang
proposional. Dengan kata lain, strategi dirancang untuk menjamin agar tujuan
atau sasaran prestatif dapat tercapai melalui melalui langkah-langkah yang
tepat. Keahlian berpikir strategik memiliki perbedaan yang sangat jelas
dibanding cara berpikir taktis, demikian pula halnya dengan sistem berpikir
mekanik dan pendekatan intuitif. Secara empirik, ternyata banyak eksekutif
pemasaran masih menggunakan cara berpikir taktif dan intuitif ketimbang
strategik.
Suatu koperasi/organisasi swadaya dapat diartikan
sebagai suatu kesatuan usaha yang dimiliki dan dikendalikan pemakai, dengan
pembagian keuntungan atas dasar penggunaan (J.Ropke, 1995). Adapun Lloyd L.
Byars (1991) menyatakan bahwa strategi adalah penentuan dan evaluasi terhadap
alternatif yang tersedia bagi suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan
misinya. Dengan demikian strategi merupakan setiap kesatuan rencana yang
menyeluruh untuk mencapai misi dari tujuan organisasi.
Wheelen dan Hunger (2000) mengemukakan bahwa dalam suatuu perusahaan
yang mempunyai multidivisi terhadap tiga tingkatan/jenjang strategi yaitu:
strategi tingkat perusahaan (corpo-rate strategy), strategi tingkat bisnis
(business unit strategy). Strategi pemasaran termasuk tingkatan strategi
fungsional dari setiap unit bisnis selain strategi keuangan, produksi, sumber
daya manusia dan sebagainya. Dalam merumuskan strategi pemasaran dari suatu
perusahaan tidak dapat dilepaskan dari strategi perusahaan atau unit bisnisnya.
Sebaliknya harus terdapat keterpaduan di antara tingkatan strategi tersebut.
Perihal manajemen pemasaran strategik (strategic
marketing management) Kerin & Peterson (1993) mengemukakan sebagai suatu
proses yang mencakup enam tahapan proses analitik yang saling terkait, yakni
sebagai berikut.
·
Penetapan sifat-sifat
bisnis dari suatu organisasi.
·
Pengkhususan tujuan
dari organisasi.
·
Identifikasi
peluang-peluang organisasi.
·
Perumusan strategi
pasar-produk.
·
Pengaggaran keuangan,
produksi, dan sumber daya manusia.
·
Pengembangan
strategi-strategi reformulasi dan recovery.
Dari kompleksitas proses tersebut jelas bahwa proses
pemasaran strategik erat kaitannya dengan proses manajemen strategik yang
tercermin melalui keterpaduan dan keterkaitan antar tingkatan strategi
(perusahan, unit bisnis, dan fungsional pemasaran).
12.3 Alternatif Kerangka Kerja Manajemen Pemasaran
Kerangka Kerja Perumusan Strategi Komprehensif yaitu
kerangka kerja yang dapat dapat mempermudah penyusun alternative – alternative
berdasarkan informasi dasar yang diperoleh dari perusahaan. kerangka kerja
perumusan tersebut terdiri dari tiga tahapan,dimana masing – masing tahapan
memiliki teknik dan alat – alat analisis yang berbeda – beda. Adapun ketiga
tahapan tersebut yaitu ; Tahap Input, Tahap Pencocokan dan Tahap Keputusan.
a) Tahap I : Tahap Input
Tahap I dari kerangka kerja perumusan strategi terdiri
dari Matriks IFE ( Internal Factor Evaluation ) atau Matriks EFE ( Eksternal
Factor Evaluation ) analisa Analisa Lingkungan Internal dan Matriks Analisa
Lingkungan Eksternal. Tahap ini meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam
perumusan strategi pada tahapan berikutnya.
b) Tahap II : Tahap Pencocokan
Tahapan ini fokus pada menciptakan alternative
strategi yang layak dengan mencocokkan factor eksternal dan internal kunci.
Tahap pencocokan kerangka kerja strategi ini terdiri dari tiga teknik, yaitu
Matriks SWOT (Strengths Opportunities Weakness Threats ), Matriks SPACE (Strategic
Position and Action Evaluation) dan Matriks Grand Strategy. Tahapan ini
dikerjakan dengan cara mencocokkan peluang dan acaman dari faktor eksternal
dengan kekuatan dan kelemahan internal guna menghasilkan alternative strategi
yang efektif. Strategi yang menggunakan kekuatan guna memanfaatkan peluang
dianggap sebagai strategi yang menyerang, sedangkan strategi yang menggunakan /
memperbaiki kelemahan guna menghindari ancaman disebut sebagai strategi
bertahan.
c) Tahap III : Tahap Keputusan
Tahap keputusan merupakan tahap akhir dari kerangka
penyusunan strategi. Untuk menyelesaikan tahapan ini digunakanlah teknik QSPM (
Quantitative Strategic Planning Matrix ) sebagai teknik tunggal untuk
memutuskan pilihan strategi yang dipilih setelah melalui tahap input dan
pencocokan sebelumnya.
QSPM merupakan alat analisis yang digunakan untuk
memutuskan strategi yang akan digunakan berdasarkan dari kemenarikan
alternative-alternatif strategi yang ada. Perhitungan QSPM didasarkan kepada
input dari bobot matriks internal ekternal, serta alaternatif strategi pada
tahap pencocokan.
Sumber : Eddy Soeryanto Soegoto, Dr. Ir. 2009. Enterpreneurship, Menjadi Pebisnis. Jakarta: Kompas Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar